//
archives

acm

This tag is associated with 1 post

Menemukan Gagasan di Balik Tumpukan Artikel dan Paper Iimiah

Seminggu penuh membaca banyak artikel, paper, dan jurnal ilmiah yang diterbitkan IEEE dan ACM, sekitar 20-an paper, ternyata menyenangkan juga. Seperti lupa dunia dan tenggelam dalam pencarian pengetahuan sebanyak-banyaknya. Serasa mahasiswa S3 yang dikejar deadline untuk mempublikasikan paper di sebuah konferensi.

Menelusuri referensi yang ada di halaman belakang, melihat seberapa banyak dikutip paper lainnya di Google Scholar untuk mengetahui seberapa berkualitasnya paper, dan tentu di-print dalam bentuk hardcopy.

Biarlah tinta asli printer Lexmark Z600 Series, yang harganya 22 Euro di Jerman sebanding dengan harga printer itu sendiri di Indonesia, digunakan. Asalkan banyak pengetahuan bisa diserap.

Beruntung universitas memiliki akses IEEE, ACM, dan beberapa website lainnya untuk men-download artikel, paper, dan jurnal ilmiah. Kesempatan yang tidak boleh disia-siakan selama menjadi mahasiswa di sini.

Dan setelah membaca tumpukan paper-paper yang berserakan memenuhi meja dan kasur selama seminggu ini muncul beberapa gagasan menarik dan sederhana. Meskipun, cukup banyak juga paper-paper yang sulit dipahami. Entah apa yang ada di pikiran para peneliti ini hingga mampu menemukan solusi dengan cara-cara yang rumit.

Salah satu gagasan sederhana yang menarik untuk dicermati adalah bagaimana mendesain mobile application yang dapat memprediksi waktu yang diperlukan untuk berjalan dari titik A ke titik B [1]. Ketimbang menggunakan algoritma kompleks dengan memperhitungkan banyak faktor yang mempengaruhi waktu tempuh pengguna, sistem dapat memprediksi perkiraan waktu dengan menggunakan log perjalanan orang-orang lain yang memiliki rute sama sebelumnya. Fokus dari gagasan ini adalah bagaimana teknologi komputasi diterapkan pada orang-orang dalam jumlah banyak, di mana mereka adalah bagian dari social structure. Istilah social yang sekarang menjadi trend di dunia akademik ilmu komputer.

Contoh gagasan menarik lainnya adalah memanfaatkan context, seperti lokasi, waktu, infrastruktur dan lainnya [2], untuk mengoptimalkan penggunaan energi di sektor transportasi, di mana dalam paper ini membahas khusus tentang taksi [3]. Dengan memanfaatkan GPS (Global Positioning System) di smartphone, sistem dapat memberikan rekomendasi di mana taksi-taksi harus berhenti menunggu penumpang sedemikian hingga penggunaan bensin dapat dihemat sebisa mungkin. Gagasan sederhana yang mampu meningkatkan peluang sukses bisnis sebuah perusahaan.

Dua contoh di atas hanya sebagian kecil dari gagasan lainnya yang jumlahnya tak terhingga banyaknya di balik website-website ilmiah itu. Gagasan-gagasan terus berkembang dari tahun ke tahun dan saling melengkapi. Gagasan-gagasan baru terus bermunculan. Menjadi fondasi dasar untuk gagasan-gagasan baru lainnya.

Di antara gagasan itu ada juga yang pada mulanya gagal diterima hingga beberapa tahun kemudian dilanjutkan kembali oleh peneliti lain. Dengan situasi yang berbeda dan teknologi pendukung yang ikut berkembang, gagasan gagal itu sekarang malah diterima banyak orang.

Contohnya layanan berbasis lokasi atau dikenal dengan Location-Based Services (LBS) [4]. Aplikasi LBS pertama di dunia adalah E911 (Enhanced 911) untuk keperluan darurat, di mana pemerintah Amerika pada tahun 1996 mengesahkan UU untuk memfasilitasi penggunaan LBS. Adanya layanan E911 akan memudahkan tim penolong 911 untuk mencari posisi orang dalam keadaan darurat. Sayangnya teknologi GPS saat itu kurang akurat sehingga operator-operator telekomunikasi menghentikan layanan tersebut.

Sekarang teknologi LBS digunakan oleh berjuta-juta penduduk dunia. Sebut saja Foursquare, Gowalla, SCVNGR yang berpusat di US dan Bouncity, Koprol yang ada di Indonesia. Didukung kemajuan penelitian GPS dan mewabahnya social network, layanan berbasis lokasi ini sudah berubah dari gagasan di atas kertas menjadi bisnis.

Terkadang dengan penelurusan referensi, bisa ditemukan paper yang dipublikasi oleh peneliti Indonesia di universitas-universitas luar negeri. Salah satunya adalah paper milik Prof. Juliana Sutanto, associate professor di Department of Management Information System ETH Zurich [5]. Yang sering menonton Kick Andy mestinya tahu beliau, dalam seri Berjaya di Negeri Orang.

Oleh karena itu, alangkah sayangnya bagi mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kurang tertarik untuk membaca paper, baik mahasiswa S1 dan S2. Kalau mahasiswa S3,  tidak perlu diberitahu karena mereka sendiri yang perlu mencari paper untuk publikasi.

Ada begitu banyak gagasan di sana yang menarik untuk dicermati. Yang seringkali bersinggungan langsung atau tidak langsung dengan kehidupan kita. Gagasan-gagasan yang semestinya mampu menjawab permasalahan yang ada di Indonesia.

Tidak harus pada akhirnya menjadi peneliti untuk terus menerus membaca paper. Menjadi pegawai BUMN yang hobi membaca paper juga tidak masalah toh. Syukur-syukur bisa memberi solusi jika atasan sedang ada masalah teknis.

Ibu-ibu muda yang lagi hamil pun juga tidak dilarang membaca paper. Ketimbang berpindah-pindah saluran TV yang melulu sinetron di mana si protagonis selalu dianiaya oleh ibu tiri dan seperti tiada habis-habisnya atau media Indonesia yang kerap memberitakan kejahatan dan korupsi, diperparah pula sudah menjadi corong politik tiap partai, bukankah waktu menonton itu bisa diganti dengan membaca paper. Kualitas ibu-ibu Indonesia meningkat dan si “calon jagoan kecil” ikut cerdas.

Membaca paper akan mengubah pola pikir menjadi terstruktur dan rasional. Mengungkapkan pendapat berdasarkan fakta-fakta yang ada. Tidak yang asal “katanya si anu…”.

Teringat almarhum ayah saya. Beliau akan sangat marah besar kepada anak-anaknya jika tidak yakin dengan apa yang diucapkan dan hanya berdasar “katanya si X dan katanya si Y, boleh-boleh saja”. Memakan waktu satu jam lebih untuk mendisiplinkan anak-anak beliau untuk memahami hal ini dan tentu juga berulang-ulang.

Sekarang jika sudah membaca sampai di sini dan jarang membaca paper, mulailah dengan membuka Google Scholar dan cari artikel/paper yang menarik sesuai minat masing-masing. Membaca satu artikel/paper dalam waktu seminggu sudah cukup bagus.

Semakin banyak yang membaca paper, akan semakin banyak gagasan menarik bermunculan yang mampu menjawab permasalahan di sekitar kita. Meski tidak berbuat nyata, tapi gagasan akan menyebar dan terus diperbarui hingga akan ada seseorang yang mengimplementasikan di lapangan.

Referensi

[1] A. Schmidt. “Ubiquitous Computing: Are We There Yet?”. IEEE Computer, vol. 43, no. 2, pp. 95-97. 2010.

[2] Albrect Schmidt, Michael Beigl, Hans-W. Gellersen. “There is more to context than location”. Computers and Graphics 23 (1999) 893-901.

[3] Y. Ge, H. Xiong, A. Tuzhilin, K. Xiao, M. Gruteser, M. J. Pazzani. “An Energy-Efficient Mobile Recommender System”. KDD 10. 2010.

[4] P. Bellavista, A. Kuepper, S. Helal. “Location-Based Services: Back to the Future”. IEEE Computer Society, pp. 85-89. April-June 2008.

[5] Magagna, F., Jaccomuthu, M., Sutanto, J., “CA2P: An approach for privacy-safe context-aware services for mobile phones”, 4th IEEE International Conference on Ubiquitous-media computing (Umedia 2011), Sao Paulo, Brazil, July 2011